Sejarah Bioskop-bioslkop di Bangka Dari Bioskop Hebe Hingga Bioskop Surya BIOSKOP Hebe atau lebih dikenal dengan bioskop Banteng telah dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya (BCB). Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi (BP3J). Bukan asal keluar pernyataan tersebut, pihak BP3 Jambi sudah melakukan penelitian sejarah dan kunjungan langsung ke Bioskop Hebe. Lalu bagaimanakan sejarah berdirinya bioskop-bioskop di Bangka khususnya? berikut penelusuran wartawan Babel Pos dari berbagai sumber. -------------------------- BUDI RAHMAD – Pangkalpinang -------------------------- BERDASARKAN beberapa literature, usaha perbioskopan dimulai pada tahun 1895 yang kali pertama pertunjukkannya di Prancis dan Amerika Serikat. Dan pada tahun 1900 masyarakat Belanda sudah dapat menonton gambar hidup di Batavia (Jakarta). Dan kegiatan perbioskopan di Pulau Bangka mulai dapat dinikmati pada tahun 1917 dengan berdirinya Bioskop Hebe, di Pangkalpinang. Biosko
Postingan populer dari blog ini
Pangkalpinang Pusat Sejarah Penambangan Timah di Indonesia #pesonapangkalpinang
Museum TImah Indonesia yang berada di Jalan Ahmad Yani Pangkalpinang/Poto Budi Rahmad Selain wisata religi dan pantai, kota Pangkalpinang juga terkenal dengan wisata edukasi sejarah timah Idonesia. Museum ini akan memberi anda informasi lengkap sejarah penambangan timah di Indonesia sejak zaman kolonial hingga era modren saat ini. Pengetahuan ini tidak bisa didapat di tempat lain, pasalnya museum sejarah pertimahan yang lengkap hanya ada di Pangkalpinang. Pengunjung saat di ruang museum/Foto Budi Rahmad Jika anda kebetulan berada di kota Pangkalpinang, ada baiknya anda mengunjungi Museum Timah Indoesia yang terletak di Jalan Ahmad Yani ini. Seperti pada Sabtu, 3 September 2016, lalu. Sekitar pukul 13.50 wib, museum kedatangan pengunjung yang jumlahnya cukup banyak. Tamu kali ini bukan tamu biasa, mereka adalah peserta Pertemuan Dekan Fisipol dari berbagai perguruan tinggi Se-Indonesia. Tuan rumah tentu Universitas Bangka Belitung. Ramainya kunjungan memang b
(Sebelum Deadline 23) Buku Puisi dan Secangkir Kopi Pahit
Oleh-oleh hari ini adalah buku puisi. Langsung dari penulisnya. Firman Susilo. Dia Kepala Balai Bahasa Sumatera Selatan. Juga sebagai Plt Kepala Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung. Menggairahkan dunia menulis. Terutama guru. Itu inti pembicaraan dengan beliau. Semangat yang ditularkan saya pikir tidak bisa dianggap enteng. Ia sudah melakukan. Terkhusus di Sumsel. Beberapa karya guru lahir dan dibukukan. Saya jadi teringat pada Herman Suryadi di Bengkulu. Gerakan literasi yang dilakukannya sungguh luar biasa. Menjaring dan membina guru untuk menulis. Guru berkarya dan guru yang produktif. Puluhan buku guru sudah lahir. "Harus dimulai," katanya. Saya hanya mengangguk. Begitu juga rekan saya Alif. Ia mengangguk. Membayangkan bagaimana kerja esok. Tapi setidaknya program sudah dimulai. Setidaknya sudah melangkah menuju ke sana. Menggairahkan kepenulisan. Kopi sudah dibuat. Kopi tanpa gula. Pahit. Begitulah.(**)
Komentar
Posting Komentar