Sejarah Bioskop-bioslkop di Bangka
Dari Bioskop Hebe Hingga Bioskop Surya


BIOSKOP Hebe atau lebih dikenal dengan bioskop Banteng telah dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya (BCB). Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi (BP3J). Bukan asal keluar pernyataan tersebut, pihak BP3 Jambi sudah melakukan penelitian sejarah dan kunjungan langsung ke Bioskop Hebe.
Lalu bagaimanakan sejarah berdirinya bioskop-bioskop di Bangka khususnya? berikut penelusuran wartawan Babel Pos dari berbagai sumber.

--------------------------
BUDI RAHMAD – Pangkalpinang
--------------------------


BERDASARKAN beberapa literature, usaha perbioskopan dimulai pada tahun 1895 yang kali pertama pertunjukkannya di Prancis dan Amerika Serikat. Dan pada tahun 1900 masyarakat Belanda sudah dapat menonton gambar hidup di Batavia (Jakarta). Dan kegiatan perbioskopan di Pulau Bangka mulai dapat dinikmati pada tahun 1917 dengan berdirinya Bioskop Hebe, di Pangkalpinang.
Bioskop Hebe berdiri pada tahun 1917. Bioskop ini disebutkan dibangun atas kemurahan hati dan bantuan dai Jend Li Xie He dengan tujuan sebagai pusat hiburan untuk komunitas Tionghoa perantauan. Dan pemilik pertama gedung ini adalah Majoor Der Titular Chineezen Pangkalpinang, Oen Kheng Boe.
Gedung Bioskop yang digunakan sebagai gedung pertemuan dan kesenian masyarakat Tionghoa perantauan pada masa itu. Juga sebagai salah satu tempat pementasan opera Tionghoa dengan sri panggung terkenal masa itu Phak Mau yang didatangkan dari Tiongkok. Bioskop Hebe juga melakukan pemutaran film. Sayang tidak disebutkan dan belum ada literature yang meneybutkan film apa yang pertama kali diputar di bioskop ini.
Dua tahun setelah bisokop Hebe berdiri, maka hadirlah bioskop Garuda, yang dibangun oleh Tan Eng Siang, seorang pedagang berasal dari Jakarta mengadakan kerjasama dengan Lay Djit Siong, seorang tokoh Tionghoa yang tinggal di Pangkalpinang. Dengan hadirnya bioskop Garuda, maka terjadilah persaingan merebut penonton antara bioskop Hebe dan Bioskop Garuda. Bahkan pada puncak perselisihan kedua bioskop, mereka sama-sama tidak memungut bayaran pada penonton alias gratis.
Setelah hampir setahun, dengan prakarsa juru damai Boen Nam Sen, pemilik bioskop Hebe dan bioskop Garuda bersepakat untuk bersatu. Hal tersebut diwujudkan dengan mendirikan bioskop baru dengan nama bioskop Aurora. Sekitar tahun 1928, usaha perbioskopan di Pangkalpinang mengalami gangguan sampai pada akhir perang dunia kedua. Hanya Bioskop Aurora yang tetap aktif melakukan pemutaran film. Sementara Bioskop Hebe dan Garuda tidak meutar film karena disewa.
Dalam era Presiden Sukarno, dua gedung bioskop berganti nama, Hebe menjadi Banteng, dan Aurora menjadi Surya. Sayang belum ditemukan tahun yang jelas pergantian nama tersebut.
Selain ketiga bioskop, di Babel disebutkan terdapat beberapa bioskop diantaranya Sociteit Condor di Muntok sekitar 1930, Bioskop di Koba, Bioskop Megaria di Toboali, Bioskop Maras, Bioskop Golden, Bioskop Fajar di Sungailiat, dan Bioskop Chandra di Sungailiat 1980.
Dan kini Bioskop Benteng, Berdasarkan pengamatan dari BP3 Jambi terhadap bentuk arsitektural dan komponen-komponennya serta sejarahnya, maka keberadaan bioskop Banteng perlu tetap dipertahankan keberadaan dan keasliannya. Perlindungan dan pelestarian eks Bioskop Banteng sebagai salah satu monumen dan kekayaan budaya daerah Pangkalpinang sangat penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Disebutkan, bangunan bioskop Banteng masih memperlihatkan pengaruh budaya Tionghoa yang kental. Terlihat pada atap pelana yang dihias dengan sepasang naga serta hiasan-hiasan suluran-suluran bunga teratai dan hewan singa. Gambaran tentang kehidupan masyarakat Tionghoa masa lalu di Pangkalpinang semakin lengkap dengan adanya Bioskop Banteng. Wajah kota lama Pangkalpinang harus diakui sangat dipengaruhi oleh rumah-rumah tinggal orang Tionghoa, Kelenteng, makam-makam dan Bioskop.
Hingga kini, gedung bioskop Banteng –eks bioskop Banteng— masih tegak berdiri, meski beberapa bangunan di sekitarnya sudah ambruk guna pembangunan BTC. Karena masih menyisakan sengketa, Bioskop ini untuk sementara selamat? (***)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pangkalpinang Pusat Sejarah Penambangan Timah di Indonesia #pesonapangkalpinang

(Sebelum Deadline 26) Bermain Ayunan dan Tagihan