(Sebelum Deadline 19) Nia yang Jatuh Cinta


Nia. Begitu namanya. Tak ada lanjutan. Hanya tiga huruf. Sekarang Nia telah berdiri di depanku. Memintaku untuk menemaninya. Makan siang. Berdua. Ada yang ingin ia bicarakan.
Sorot matanya kali ini serius. Tidak seperti biasanya. Nia yang selalu penuh canda. Humoris dan selalu ceria.
Aku jadi takut. Apakah aku ada salah berbuat. Salah dalam berkata. Ribuan pertanyaan ada di otakku.
"Jangan takut. Kau hanya cukup mendengarkan saja. Aku hanya ingin melepas semua beban ini," kata Nia seakan menjawab keraguanku.
Kuikuti langkah cepat Nia yang berjalan di depanku. Kantin sungguh ramai. Beruntung masih ada satu meja dengan dua kursi. Kami duduk berhadapan.
Nia hanya memandangku. Kemudian menarik nafas dalam-dalam. Lalu menghembuskannya sekali hentakan.
"Aku jatuh cinta padamu," kata Nia dengan suara keras.
Aku kaget. Di luar dugaan. Pandangan gelap. Darah seakan berhenti mengalir. Ingin mengatakan sesuatu. Tapi aku keburu pingsan.
Nia kaget. Tak menyangka. Kemudian ikut pingsan. Orang-orang di kantin kaget. Tapi mereka tidak pingsan. (**)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pangkalpinang Pusat Sejarah Penambangan Timah di Indonesia #pesonapangkalpinang

(Sebelum Deadline 26) Bermain Ayunan dan Tagihan