Sejarah Bioskop-bioslkop di Bangka Dari Bioskop Hebe Hingga Bioskop Surya BIOSKOP Hebe atau lebih dikenal dengan bioskop Banteng telah dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya (BCB). Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi (BP3J). Bukan asal keluar pernyataan tersebut, pihak BP3 Jambi sudah melakukan penelitian sejarah dan kunjungan langsung ke Bioskop Hebe. Lalu bagaimanakan sejarah berdirinya bioskop-bioskop di Bangka khususnya? berikut penelusuran wartawan Babel Pos dari berbagai sumber. -------------------------- BUDI RAHMAD – Pangkalpinang -------------------------- BERDASARKAN beberapa literature, usaha perbioskopan dimulai pada tahun 1895 yang kali pertama pertunjukkannya di Prancis dan Amerika Serikat. Dan pada tahun 1900 masyarakat Belanda sudah dapat menonton gambar hidup di Batavia (Jakarta). Dan kegiatan perbioskopan di Pulau Bangka mulai dapat dinikmati pada tahun 1917 dengan berdirinya Bioskop Hebe, di Pangkalpinang. Biosko...
Postingan populer dari blog ini
(Sebelum Dadline 28) Mari Bercerita dan Mengenang
Ada grup baru di WA. Namanya IKAL UNIB BABEL. Anggotanya alumni dari Universitas Bengkulu (UNIB) yang berdomisili di Babel. Baik di Bangka maupun di Belitung. Sampai malam ini sudah 35 orang yang berkumpul di grup WA tersebut. Tiga belas hari yang lalu saya resmi diajak bergabung. Ternyata lumayan jumlah alumni UNIB di sini. Saya pikir cuma segelintir. Maklum posisi geografis membuat jarak Babel dan Bengkulu terasa jauh. Lebih dekat dan murah ke pulau Jawa. Semua anggota grup dijadikan admin. Mereka diberi keleluasaan untuk memasukkan anggota baru. Syaratnya adalah alumni UNIB. Terserah dari fakultas, jurusan, atau program studi apa. Juga terserah angkatan berapa. Terserah juga soal pekerjaan. Sudah bekerja atau belum, PNS, karyawan swasta atau honorer. Juga soal aktivis atau bukan semasa kuliah, perolehan IPK besar atau kecil. Bahkan tak dibuat syarat lama kuliah. Mau kuliah tepat waktu atau molor hingga semesternya mencapai belasan. Pokoknya yang bisa jadi a...
(Sebelum Deadline 22) Panggil Abang, Jangan Adek!
Sudah satu bulan ini si bungsu, Naufal, tak mau lagi dipanggil adek. Selalu protes. Ia meminta semua orang memanggil dengan sebutan baru, Abang. Ketika ditanya. Dia selalu menjawab. Adek itu bayi. Sekarang panggil Abang. Ya. Akhirnya kami. Aku, emaknya, dan kakaknya Nabila, harus mengikuti kemauannya. Meski kadang panggilan adek masih kerap terucap. Biasanya, Naufal langsung protes. Meminta kami meralat dan memanggil kembali dengan sebutan baru. Abang. Karena sudah 5 tahun lebih lidah ini terbiasa memanggil adek, tentu bukan perkara mudah mengganti dengan abang. Bukan hanya pada kami. Dia, Naufal, juga meralat jika dipanggil adek oleh nenek, bibi, paman. Naufal juga protes pada guru di TK, tetangga, dan orang lain. Pernah mencoba membuat kesepakatan. Bagaimana kalau dipanggil abang adek atau adek abang. Dia tetap tidak mau. Tetap meminta dipanggil abang. Naufal juga di setiap menyebut nama diri, selalu dengan abang. Tak lagi adek. Sekarang, semua orang harus ...
Komentar
Posting Komentar