Cerita Zumaro, Mahasiswa Polandia Asal Bangka Barat Yang Keliling Eropa (2)


Zumaro (baris depan duduk nomor tiga dari kiri) dan Peserta Program Persiapan Bahasa Polandia bersama Dosen Pengajar - Uniwersytet Lódzki, Lódz./DOK PRIBADI||BABEL POS
ZUMARO, Pemuda asal Bangka Barat yang menempuh pendidikan di Universitas Teknologi Warsawa, Polandia dan telah mengelilingi 10 negara di Eropa. Zumaro berbagi cerita kepada wartawan Babel Pos, Budi Rahmad, melalui surat elektroniknya. Zumaro berharap kisahnya dapat memberi motivasi untuk tetap berkarya dan mengejar mimpi. Karena tidak ada yang tidak mungkin.



Nama Tunggal Menjadi Masalah, Sukses Kenalkan Merah Putih

   

HARI yang ditunggu telah tiba. Perjalanan selama 33 jam dari Muntok ke Warsawa. Rute keberangkatan dengan pesawat dari Pangkalpinang – Jakarta – Kuala Lumpur – Abu Dhabi – Roma – Warsawa. Dari Warsawa, Zumaro harus kembali melanjutkan perjalanan dengan bus ke Lódz. Kota yang terletak tepat di tengah Polandia yang berjarak kurang lebih 136 km dari Warsawa yang menjadi pusat pemerintahan di Polandia.    
    Zum akan tinggal di Lódz selama satu tahun untuk mengikuti program persiapan dan kursus bahasa di Uniwersytet Lódzki, sebuah universitas tua yang berdiri sejak tahun 1945.
    Persiapan bahasa dimulai sekitar satu minggu setelah waktu tiba saya di Lódz. Proses adminisstrasi terkait asrama, fakultas, akun bank, asuransi kesehatan, dan lain-lain sudah diselesaikan selama seminggu tersebut. Dan, setiap kali urusan administasi, Zum harus bermasalah dengan nama lengkap. Bagi kita masyarakat Indonesia, mungkin nama keluarga bukan menjadi hal penting, sehingga banyak sekali orang menemukan teman, keluarga atau kolega yang hanya mempunyai nama tunggal.
    "Saya hanya memiliki nama tunggal tanpa ada nama keluarga. Hal ini ternyata menjadi kasus baru di Lódz, dimana keharusan penulisan nama keluarga menjadi sangat penting," kata Duta Bahasa Provinsi Babel 2016 ini.   
    Jadilah, semua berkas berubah nama, yang semula Zumaro, kini menjadi Zumaro Zumaro. Untung saja tidak ada kewajiban untuk menuliskan nama tengah, seperti apabila ingin menunaikan ibadah haji.
    "Bisa membayangkan bagaimana nama Zumaro diulang tiga kali," kata Zum sembari menambah mention tertawa pada surat elektroniknya.
    Namun Zum bersyukur. Semua persoalan yang terasa mumet akhirnya bisa ia lewati. Bahkan ia jadikan persoalan yang datang sebagai tantangan untuk kesuksesan.
    Di dua bulan pertama, bahasa Polandia terdengar sangat asing dan lucu baginya. Tidak jarang Zum tertawa dalam hati ketika memerhatikan dosen menjelaskan cara pengucapan kata yang serba unik. Kursus bahasa ini seratus persen disampaikan dengan bahasa Polandia. Jika ada satu kata atau kalimat yang tidak dimengerti, kata Zum, maka dosen akan menjelaskan kembali dan menerjemahkannya ke bahasa Polandia.     "Semacam kamus Oxford, yang menerjemahkan bahasa Inggris ke bahasa Inggris," kata Zum yang juga Best Delegate di Asean Summit, The Bandung Model United Nations, Bandung - Indonesia tahun 2015 ini. 
     Di kelas bahasa, Zum ditempatkan di kelas Politeknik, kelas khusus bagi mereka yang akan melanjutkan progam studi di
jurusan Fisika, Matematika, Elektronika, dan Informatika. Siswa di kelas ini, kata Zum, mahasiswa datang dari beragam negara, usia, dan program studi lanjutan. Ada yang berasal ada Amerika, Albania, Turkmenistan, Tiongkok, Mongolia, Lebanon, Maroko, Pakistan dan masih banyak lagi.
    "Ada juga yang baru lulus SMA dengan umur sekitar 16 tahun, bapak beranak dua yang sudah menginjak usia kepala tiga," tandas pria kelahiran 20 November 1993 ini.
    Di kelas itu juga, ada yang akan melanjutkan ke Teknik Material, Teknik Informatika, Logistik, hingga Teknik Nuklir. Satu hal yang menyatukan kami disini, yakni bahasa Polandia.
    Sedikit demi sedikit, dengan program bahasa ini, saya mulai mengurangi penggunaan bahasa tubuh pada saat berbelanja di minimarket. Sebagai informasi, sebagian besar penduduk Polandia bangga menggunakan bahasa mereka, sehingga menguasai bahasa Polandia disini menjadi sebuah keharusan. Jika tidak, tinggal memilih untuk menggunakan bahasa tubuh atau diam sama sekali.
    Setelah empat bulan program bahasa di semester musim dingin, Zum mengikuti ujian kemampuan bahasa level A1/A2. Ujian ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu ujian tertulis dan ujian lisan. Materi yang diujikan di ujian tertulis laiknya seperti ujian kemampuan bahasa lainnya, semisal IELTS dan UKBI. Bagian pertama diisi dengan kemampuan mendengar, kemudian gramatika, dan diakhiri dengan mengarang sebuah esai.
    "Untuk lisan, percakapan tentang kehidupan sehari-hari dan rencana masa depan menjadi bahan ujian. Saya mendapatkan nilai sempurna di ujian ini, dimana dari 80 poin penilaian tes tertulis, saya menuntaskan semuanya. Dan angka 5+/5 saya kumpulkan di ujian lisan. Sehingga total yang saya dapatkan memperoleh nilai “bardzo dobrzy plus” atau sederhananya “sangat sempurna,” ujar peserta Delegasi Indonesia di General Assembly, International MUN, New Delhi - India tahun 2013 ini.
    Setelah ujian ini, kami memasuki semester musim panas dengan tambahan mata kuliah Fisika dan Matematika (dalam bahasa Polandia). Pelajaran yang sebenarnya sudah saya dapatkan waktu di SMA dulu. Namun, yang menjadi kesulitan adalah pada saat semua unsur diubah dalam bahasa Polandia. Seperti Oksigen menjadi Tlen, jarak menjadi dlugosc, dan masih banyak lagi. Singkatnya, di mata kuliah Fisika saya harus puas di angka 4/5, sementara Matematika masih bisa saya pertahankan sebagaimana bahasa Polandia level B2 dengan angka 5/5.
    "Dengan bekal satu tahun program bahasa yang ia jalani di Lódz, akhirnya Zum dapat menyampaikan presentasi tentang Indonesia di hadapan dosen dan rekan-rekan dengan bahasa Polandia. Satu hal yang paling tidak akan pernah ia lupakan adalah pada saat Zum dan rekan-rekannya diajak ke salah satu sekolah dasar. Mereka diminta menjelaskan tentang negara masing-masing.
    "Saya bersama dua rekan lain dari Indonesia berhasil membawa pulang tepuk tangan meriah dan antusias para siswa yang ternyata baru mengetahui bahwa ada negara dengan bendera Merah Putih yang terbalik dengan bendera mereka, Putih Merah," ujar Zum.(bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pangkalpinang Pusat Sejarah Penambangan Timah di Indonesia #pesonapangkalpinang

(Sebelum Deadline 26) Bermain Ayunan dan Tagihan