(Sebelum Deadline 03) Nasi Goreng Bayar Terima Kasih


Wedang jahe sangat tepat dinikmati saat hujan turun. Tapi bukan nasi goreng temannya. Tapi begitulah saya terpaksa menikmati wedang jahe di warung nasi goreng.

Selesai dengan urusan nasi goreng ati ayam, maka wedang jahe jadi penutup. Nasi goreng hanya butuh lima menit, sedang wedang jahe butuh 15 menit. Jadilah totalnya 30 menit berteduh di warung nasi goreng.

Nasi goreng Lintang. Yang punya berasal dari Gunung Kidul. Sudah lebih lima tahun berjualan nasi goreng. Murah dan enak. Lokasinya di Kacang Pedang. Tempatnya cukup nyaman. Ia belajar membuat nasi goreng dari saudaranya. Magang tiga bulan lalu membuka sendiri.

Orangnya ramah. Suka guyon. Kadang-kadang galak juga sama pembeli yang permintaannya macam-macam dan mebayar dengan terima kasih.

Bayar dengan terima kasih. Aku langsung tahu maksudnya. Dulu, katanya, dalam satu malam bisa dua tiga orang yang membayar dengan terima kasih. Bahkan bisa lebih. Dalam sepekan dulu dia bisa didatangi tiga kali.

"Sekarang sudah jarang," katanya.

"Memang tidak rugi. Tapi tetap saja bikin kesal," katanya.

Bayar terima kasih seperti itu, tidak saja dialami pedagang nasi goreng ini. Banyak pedagang pinggir jalan dan tenda juga mengalaminya. Hanya saja tak terekspos. Tampaknya sudah jadi hukum dagang takntertulis bagi pedagang yang datang dari luar. Sayang, modal tak bisa menggunakan terima kasih. (**)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pangkalpinang Pusat Sejarah Penambangan Timah di Indonesia #pesonapangkalpinang

(Sebelum Deadline 26) Bermain Ayunan dan Tagihan