(Sebelum Deadline 08) Hujan Membuat Kami Terpaksa Mandi



Hujan lebat turun. Setelah saling lirik.
Akhirnya kami sepakat. Naufal dan saya, bapaknya. Untuk mandi hujan. Emaknya, ya hanya bisa pasrah atas keputusan ini. Emaknya kalah suara. Dua lawan satu.

Satu suara lagi, Nabila, sedang tidak di rumah. Pun Nabila di rumah, aku yakin suaranya lebih condong menjadi tiga lawan satu.

Jadilah kami mandi hujan selama 27 menit. Emaknya jadi penonton. Lebih tepat disebut pengawasan. Setelah jerit kedua kali dari emaknya menggema, barulah kami menepi dan berteduh.
Soal hujan. Naufal memang selalu menarik tanganku untuk keluar. Bahkan terkadang dengan handuk yang sudah di tangan.

"Hujan Yah," katanya penuh harap. Meski tanpa kalimat ajakan atau kalimat permintaan izin. Ucapannya terdengar renyah dan membuat gunung salju runtuh. Tak perlu harus menunggu dua kali. "Hayuuuk," ucapku membuat dia langsung berteriak yes sambil mengepalkan tangan.

Ah hujan. Selalu saja membuat kami terpaksa mandi. Seperti sore ini. (**)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pangkalpinang Pusat Sejarah Penambangan Timah di Indonesia #pesonapangkalpinang

(Sebelum Deadline 26) Bermain Ayunan dan Tagihan