(Sebelum Deadline 11) Akhirnya Punya Dispenser



Semula aku mengira kulkas dua pintu. Setelah dibuka ternyata dispenser. Alhamdulillah akhirnya kami punya dispenser. Hadiah sebagai pemenang kedua dari lomba menulis di BKKBN Babel.

Dispensernya cantik. Tinggingya sekitar 1 meter. Warna putih. Seperti dispenser biasanya. Ada panas dan ada dingin. Pelengkapnya ada 3 cangkir cantik. Juga dipermewah lemari bagian bawahnya. Tinggal taruh galon. Itu tidak masalah. Di dapur ada dua galon yang lama tak terpakai. Mungkin sudah 5 tahun.

Tapi air galon di dispenser bukan sebagai sumber utama konsumai air kami. Hanya untuk pendamping. Kami tetap mengkonsumsi air sumur yang dimasak dengan kompor.

Kehidupan sekarang sudah kepung oleh air kemasan dan galon. Kemana melangkah dan singgah, air dalam kemasan dan galon menyambut. Warung makan, warung kaki lima, restoran, kantor, terminal, pelabuhan, bandara, penginapan, hotel, semuanya menyuguhkan dan menyediakan air dalam kemasan dan atau air galon. Termasuk ketika ke tempat hajatan.

Ya, air dalam kemasan dan atau galon memang praktis. Tidak merepotkan, lebih hemat, dan cepat.

Kesempatan untuk mengkonsumsi air yang dimasak hanya di rumah. Karena itu kami, saya dan istri, sepakat untuk memasak air. Biarlah repot. Tak apa-apa. (**)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Sebelum Deadline 26) Bermain Ayunan dan Tagihan

(Sebelum Deadline 27) Perwira Belanda Itu Berkulit Putih