(Sebelum Deadline 16) Hanya Aku yang Cocok untuk Peran Itu



Ketika bermain peran di panggung bangsawan--semacam ketoprak humor-- aku punya mimpi besar. Mendapat peran tokoh utama. Sebagai protagonis. Ganteng, berwibawa, gagah. Orang baik, tokoh putih, penolong, dan penyelamat. Tapi sayang, peran ini selalu gagal kudapat.

Selalu saja disodorkan peran lainnya. Jika tak pembantu, petani, warga miskin, ya prajurit dengan pangkat paling rendah. Pernah juga peran sebagai kakek tua yang kaya raya. Ya tapi itu, pekerjaannya sebagai rentenir dan suka menggoda istri orang dan menikahi perawan.

Paling bagus ketika disodrokan sebagai panglima. Aku begitu gembira. Setidaknya sudah naik level. Setelah baca naskah ternyata seorang panglima pembrontak dan penghasut yang kemudian ditangkap dan dihukum minum racun.

Juga pernah dapat peran sebagai penasihat kerajaan. Menasehati raja di ujung pertunjukan. Dapat durasi dua menit dengan dialog satu menit. Padahal durasi pementasan 145 menit tanpa iklan.

Malah tetap dapat peran jongos. Tukang sapu istana. Padahal saat itu main dengan pemain yang biasa berperan sebagai jongos di Ketoprak Humor yang asli. Ada Timbul, Marwoto dan Rina. "Ya, kamu pembantunya mereka," kata Penulis naskah sekaligus Sutradara.

Pernah protes. Sutradara hanya bilang tak ada pilihan. Bukan meragukan kemampuan aktingku. Bukan juga karena aku tidak bisa untuk peran sebagai raja atau pangeran. Hanya saja tidak ada pemain yang bisa berperan sebagai jongos. Hanya aku yang paling cocok dan pandai memerankan tokoh-tokoh tersebut. Jongos.

Stok pemeran raja, pangeran, panglima banyak. Bahkan harus bersaing.

"Nah stok untuk jongos cuma kamu," pelan sekali suaranya. Keringat dinginku naik hingga ke ubun-ubun. Darahku berhenti mengalir. Nafasku tersengal. Lemas. Lapar dan haus. Ingin sekali berada di rumah makan. Lalu menyantap semua hidangan.

Ah, pandainya sutradara memujiku. Tak apa. Toh honor antara pangeran dan jongos tak beda. Kalimat penghibur itu kembali menyanderaku. Lapar ku makin mendera.

Kupikir jika aku menulis naskah dan menyutradarai sendiri. Maka aku bisa menjadi pemain utama. Pernah kucoba. Sayang tak ada produser yang mau mengambil resiko.

"Masa sudah penulis naskah, sutradara, pemain utama pula," kata mereka.

"Siapa yang jadi jongosnya?"(**)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pangkalpinang Pusat Sejarah Penambangan Timah di Indonesia #pesonapangkalpinang

(Sebelum Deadline 26) Bermain Ayunan dan Tagihan