(Sebelum Deadline 23) Buku Puisi dan Secangkir Kopi Pahit
Oleh-oleh hari ini adalah buku puisi. Langsung dari penulisnya. Firman Susilo. Dia Kepala Balai Bahasa Sumatera Selatan. Juga sebagai Plt Kepala Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung.
Menggairahkan dunia menulis. Terutama guru. Itu inti pembicaraan dengan
beliau. Semangat yang ditularkan saya pikir tidak bisa dianggap enteng.
Ia sudah melakukan. Terkhusus di Sumsel. Beberapa karya guru lahir dan
dibukukan.
Saya jadi teringat pada Herman Suryadi di Bengkulu. Gerakan literasi yang dilakukannya sungguh luar biasa. Menjaring dan membina guru untuk menulis. Guru berkarya dan guru yang produktif. Puluhan buku guru sudah lahir.
"Harus dimulai," katanya.
Saya hanya mengangguk. Begitu juga rekan saya Alif. Ia mengangguk. Membayangkan bagaimana kerja esok.
Tapi setidaknya program sudah dimulai. Setidaknya sudah melangkah menuju ke sana. Menggairahkan kepenulisan.
Kopi sudah dibuat. Kopi tanpa gula. Pahit. Begitulah.(**)
Saya jadi teringat pada Herman Suryadi di Bengkulu. Gerakan literasi yang dilakukannya sungguh luar biasa. Menjaring dan membina guru untuk menulis. Guru berkarya dan guru yang produktif. Puluhan buku guru sudah lahir.
"Harus dimulai," katanya.
Saya hanya mengangguk. Begitu juga rekan saya Alif. Ia mengangguk. Membayangkan bagaimana kerja esok.
Tapi setidaknya program sudah dimulai. Setidaknya sudah melangkah menuju ke sana. Menggairahkan kepenulisan.
Kopi sudah dibuat. Kopi tanpa gula. Pahit. Begitulah.(**)
Komentar
Posting Komentar